Lailatul Qadr
Kalau anda penggemar FC Barcelona, atau
Juventus—yang penting anda bukan pendukung Liverpool dan penggemar BTS—kemungkinan
besar anda akan rela meluangkan waktu untuk menonton pertandingan klub-klub itu
yang disiarkan pada dini hari, pagi buta, dan anda akan merasa kesal dan
uring-uringan saat anda bangun kesiangan dan pertandingan yang ditunggu-tunggu
itu terlewat, mendukung tim kesayangan sepenuh hati dengan jiwa dan harta. Dua
rakaat sebelum subuh tersedia tiga ratus enam puluh lima hari dalam setahun, dan
tiga ratus enam puluh enam hari dalam tahun kabisat, dan Lailatul Qadr datang
sekali setahun, tapi pernahkah manusia-manusia
yang percaya Allah Ta’ala zaman ini uring-uringan saat melewatkan dua
rakaat sebelum subuh yang jelas waktunya dan terjadwal; tepat sebelum shalat
subuh, diantara adzan dan iqamat, yang juga kita tahu keutamaannya; lebih
berharga dari dunia dan seisinya, yang berarti lebih berharga dari gol-gol
Ronaldo, dan asis-asis Lionel Messi, atau pose Suga di poster BTS.
Boleh jadi keabaian ini berlanjut pada
Lailatul Qadr, yang datang setahun sekali pada Ramadhan namun tak pasti waktu
spesifik tarikhnya. Sebagian pihak
berpemahaman bahwa Lailatul Qadr ada pada 17 Ramadhan, sebagian pihak ini
memahami ayat ke-41 surah Al-Anfal sebagai Perang badar yang terjadi pada 17
Ramadhan, dimana pasukan Muslim menang, walau berjumlah hanya sepertiga dari
pasukan musuh. Sementara, pihak yang lain memahami bahwa Lailatul Qadr datang
pada sepuluh hari terakhir Ramadhan berdasar hadist yang diriwayatkan ‘Aisyah
RA, dimana Lailatul Qadr berada pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir. Dan
pihak yang terakhir, memahami Lailatul Qadr datang pada tanggal 27 Ramadhan,
yang berdasar hadist Rasulullah SAW yang disampaikan Ubay bin Ka'ab yang juga
memuat ciri-ciri malam itu, “Lailatulqadar itu adalah malam, ketika Rasulullah
memerintahkan kami untuk menegakkan salat di dalamnya, malam itu adalah malam
yang cerah yaitu malam ke-27 (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah,
pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang terik
menyilaukan" (H.R. Muslim 1272).
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut,
sudah semestinya kita, sebagai umat Muhammad SAW, berharap akan kedatangan
Lailatul Qadr dan mendapatkan keutamaan yang tersurat dalam surah Al-Qadr ayat
3-5, dimana malam itu kita mendapat kemuliaan yang lebih baik daripada seribu
bulan, atau 84 tahun 3 bulan dalam penanggalan masehi, pada malam itu juga
malaikat yang ada di langit turun dengan seizin Allah Ta’ala untuk membereskan
segala urusan, dan kententraman ada padanya sampai pagi menjelang.
Agaknya kita perlu melihat ingar-bingar dan
hal-hal menyenangkan yang melekat pada dunia sebagaimana kita bermain Monopoli, tak ada yang marah, saling
benci, apalagi saling bunuh saat kehilangan uang, rumah, dan harta lainnya,
atau bahkan tak bersedih saat masuk penjara. Semuanya hanya permainan,
sementara ketertarikan kita kepada hal-hal baik dan hanif,lurus, senantiasa menigkat, dan berbahagia dalam menjemput
ridha Allah Azza Wa Jalla, salah satunya dengan menggapail Lailatul Qadr.
Penulis
:
Bidang
Tabligh dan kajian Keislaman PK IMM Averroes FT UMS 2019/2020
0 Komentar