SANG PENDIDIK BANGSA


SANG PENDIDIK BANGSA

Oleh : Tampi Berkah

PK IMM FKIP

Pahlawan menjadi sosok yang harus dikenang karena perjuangan dan pengorbanannya, perlu kita refleksikan dan mampu di reaktualisasikan nilai  kepahlawanan di era disrubsi sekarang ini. Yang sekarang terjadi adalah mahasiswa melupakan sejarah dan bersikap adaptif tidak peduli dengan lingkungannya dan tidak mampu berfikir kritis dan berinovasi. Mahasiswa terlalu sibuk dengan program kerja di dalam kampus dan fokus dengan persoalan internal dan melupakan peran mahasiswa yang sebenarnya yaitu sebagi agent of change, agent of control dan agent of icon. Urgensi merefleksikan nilai-nilai kepahlawanan adalah kontribusi kepada bangsa, dengan semangat, keberanian tanpa pamrih dan mengaktualisasikan nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari.

Seseorang akan dikatakan pahlawan, karena seseorang tersebut rela berkorban hingga nafas tak berhembus, pahlawan juga bisa kita sebut dengan orang yang melakukan suatu hal untuk orang lain yang bermanfaat. Menjadi orang yang bermanfaat tidaklah mudah, butuh pengorbanan baik  tenaga, materi dan finansial. Tidak dipungkiri bahwasannya orang yang mau berkorban dalam suatu hal harus mengorbankan semuanya. Butuh niat yang lurus untuk mecapai hal tersebut, pemikiran yang matang, dan kerja keras yang kuat. Dengan demikian tidak banyak seseorang dapat melakukan hal itu, hanya segelintir orang yang mampu menerapkannya. Menjadi seseorang yang disebut pahlawan adalah ketika kebermanfaatannya dapat diraskan oleh semua pihak. Pahlawan beridentik dengan orang yang memberikan apa yang dia punya untuk diberikan kepada orang lain demi kebaikan orang tersebut, dia akan mengkorbankan jiwa dan raganya untuk kemaslahatan umat.

Hal tersebut, saya mengambil contoh Pahlawan Nasional Indonesia yaitu Muhammad Darwis atau yang sering kita sebut K.H Ahmad Dahlan. Beliau adalah pendiri Muhammadiyah. Muhammadiyah sendiri merupakan organisai Islam terbesar di Indonesia. Muhammadiyah adalah gerakan Islam amar ma’ruf nahi munkar untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Organisasi ini berdiri karena beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya karena berasal dari dalam umat Islam sendiri sesuai dengan Q.S Al-Imron : 104 . Faktor eksternal diantaranya karena ada pengaruh orang Barat yang ingin mengkristenisasi umat Islam. Pilar pergerakan organisasi ini dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Keduanya masih dirasakan sampai saat ini. Dengan bukti adanya ribuan pendidikan Muhammadiyah baik dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah serta Rumah Sakit Muhammadiyah. Walaupun demikian, K.H Ahmad Dahlan juga mengaplikasikan surat Al-Maun ayat 1-7 untuk tidak meninggalkan kaum mustad’afin dengan mendirikannya Panti Asuhan dan Pondok Pesantren baik secara tradisional maupun boarding sebagai penguatan nilai-nilai keagamaan.

Muhammadiyah yang turut andil dengan Kemerdekaan Republik Indonesia mempunyai tokoh-tokoh yang hebat untuk bangsa ini sebut saja Ki Bagus Hadi Kusuma turut menjadi perumus Undang-Undang Dasar 1945. Melalui gerakan Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tajdidnya yaitu pembaharuan, baik dari pola pikir, konsep, dalam perubahan dan tetap kritis untuk kembali pada ajaran Islam yang murni. Konsep tajdidnya adalah segala hal, khususnya dalam tiga hal yaitu pendidikan, sosial dan agama. Pada ranah agama, K.H Ahmad dahlan mencoba mengaplikasikan pemikiran Syaikh Muhammad Abduh dan Syaikh Rasyid Ridha saat berada di Arab Saudi, Muhammad Darwis, nama kecil dari Ahmad Dahlan, mengenal ajaran salaf dari buah karangan Syaikh Muhammad Abduh dan Syaikh Ibnu Taimiyah, majalah Urwatul Wutsqo yang dipimpin oleh Syaikh Jamaluddin Al Afghani, dan tafsir Al Manar yang dibukukan oleh Syaikh Rosyid Ridha, salah satu murid Syaikh Muhammad Abduh (Majdid, 2017). K.H Ahmad Dahlan mencoba melakukan gerakan untuk mengembalikan ajaran Islam yang sebenar-benarnya dengan memberantas TBC (Tahayul, Bid’ah, Currofat) melalui purifikasi.

K.H Ahmad Dahlan menjadi sosok yang tidak bisa dilepaskan dengan dunia pendidikan. Beliau memiliki gagasan yang cerdas, dan bersifat modern dalam pendidikannya.  Beliau mendirikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan pada waktu itu dikenal dengan (Hooge school Muhammadiyah)  dan berganti nama menjadi Kweek school Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin (khusus laki-laki) yang bertempat di Patang puluhan Kecamatan Wirobrajan dan Mu’aliimat (khusus perempuan) di Suronatan Yogyakarta. Pemikirannya yang cemerlang mampu mendirikan sekolah di era penjajahan Belanda. Dia menginginkan semua kalangan dapat menikmati pendidikan bukan hanya orang - orang Belanda saja yang bisa mengenyam pendidikan. Menurutnya pendidikan adalah suatu hak yang harus diterima oleh seluruh masyarakat, supaya tidak adanya kebodohan, kejumudan, dan kejahilyan. Dengan pendidikan akan menciptakan kader-kader penerus bangsa yang berkemajuan dan sesuai dengan landasan Islam.

Konsep pemikiran K.H Ahmad Dahlan yang berkaitan dengan muamalah tetap mengedepankan fleksibilitas untuk berkembang. Pada bidang pendidikan, K.H Ahmad Dahlan lebih menitikberatkan pada nilai progresif dan tidak terlalu kaku dalam memeberikan pengajaran. Konsep progresif yang dibawakan K.H Ahmad Dahlan yaitu : akal, pengalaman dan berkemajuan. Hal demikian berarti konsep gagasan K.H Ahmad Dahlan adalah dinamis yaitu mampu berubah menyesuaikan dengan kondisi zaman, tidak kaku melainkan fleksibilitas, konsepnya mampu mengahadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Budaya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Islam sebagai bagian konsep dari pendidikannya. Progresivisme dan religious menjadi landasan K.H Ahmad Dahlan dalam konsep yang digagasnya. Hal demikian tidak heran apabila seseorang yang memiliki sifat religious dan progresivisme mampu menjadi creator dalam berbagai aspek untuk membentuk karakter, mencerdaskan pemuda - pemudi bangsa Indonesia dan tetap mengedapankan keimanan kepada Alllah SWT.

Pendidikan merupakan hal yang urgen bagi suatu Bangsa. Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. Membahas pendidikan tak lepas dengan sosok yang terkenal ini yaitu Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Bapak Pendidikan Nasional sekaligus sebagai Pahlawan nasional. Sampai saat ini semboyan yang dibawa Ki Hajar Dewantara yang sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan yaitu : ing ngarsa sung tuladha (di depan memberikan contoh), ing madya mangun karso (di tengah memberi semangat) dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).

Dengan demikian K.H Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara merupakan contoh pahlawan yang dapat kita contoh nilai keteladanannya, kerja kerasnya, semangatnya, dan rasa nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Marilah kita refleksikan bersama sudah melakukan hal apa untuk negeri ini, teruslah bergerak, berpikir secara kritis, inovatif di era big data ini. Jangan melupakan sejarah, karena banyak sekali nilai-nilai perjuangan yang dapat kita ambil dari itu untuk kemajuan Negara Indonesia.
Lebih baru Lebih lama