PAHLAWAN SERIBU JASA



PAHLAWAN SERIBU JASA

OLEH : DEPY EKA RACHMAWATI

KADER PK IMM AL GHOZALI


Mendengar kata pahlawan, kita tentunya teringat dengan seseorang yang berjasa dalam kehidupan atau sejarah peradaban. Selain itu, pahlawan tentunya memiliki pengaruh besar dalam kehidupan kita (yang menjuluki “pahlawan”). Sebenarnya, julukan “pahlawan” itu sifatnya subjektif. Bagaimana tidak, banyak anak-anak di Indonesia dan dunia yang berkata bahwa “my mom is my hero” atau “my dad is my hero”. Mereka menganggap bahwa ibu atau ayah mereka adalah pahlawan untuk mereka. Ya, itu benar. Memang luar biasa jasa orang tua untuk kehidupan seorang anak. Layak jika orang tua disebut atau dibanggakan oleh anak-anak mereka sebagai pahlawan. Disini letak subjektivitasnya. Dia yang mengatakan bahwa orang tuanya adalah pahlawan, belum tentu orang lain beranggapan hal yang sama. Banyak pula yang mengagung-agungkan istilah “pahlawan tanpa tanda jasa” untuk guru-guru mereka. Ya, kita akui bersama bahwa tanpa jasa guru-guru kita, tidak mungkin kita dapat menggapai impian dan cita-cita kita, serta memberikan kontribusi keilmuwan untuk dunia ini.   

Dalam konteks kenegaraan, gelar “pahlawan” diberikan kepada seseorang yang berjasa dalam merebut kemerdekaan ataupun tokoh-tokoh yang menegakkan reformasi pada masa lalu. Maka ketika masih duduk di bangku sekolah dulu, kita sering mendengar istilah “Pahlawan Nasional” atau “Pahlawan Reformasi”. Lengkap kita ketahui pahlawan-pahlawan Indonesia melalui mata pelajaran sejarah Indonesia beserta jasanya yang diberikan untuk Negara Indonesia. Sehingga kita sering kali dinasihati oleh guru-guru kita untuk terus mengenang jasa pahlawan dan meneladani nasionalisme dan patriotisme para pahlawan Indonesia.

Berbicara tentang pahlawan, sedikit sekali yang sadar bahwa kita memiliki pahlawan peradaban yang sangat patut untuk dijadikan teladan dalam kehidupan kita. Beliau adalah Rasulullah sallallahu ‘alaihiwassalam. Betapa berjasanya Rasulullah untuk peradaban di bumi ini. Beliaulah satusatunya orang yang diizinkan dan ditugaskan oleh Allah Subhanahuwata’ala untuk membebaskan bumi dari kegelapan jahiliyyah. Sehingga saat ini kita dapat menikmati peradaban yang lebih baik dan berkemajuan. Sebuah jasa  yang luar biasa namun banyak dilupakan. Sungguh miris jika seorang muslim pun lebih mengagung-agungkan pahlawan kemerdekaan dan pahlawan revolusi daripada Rasulullah sallallahu ‘alaihiwassalam, padahal Rasulullah lah pahlawan sejati untuk umat di muka bumi ini.  

Kembali lagi pada kata “pahlawan”. Setiap orang pasti membutuhkan sesosok pahlawan untuk kehidupannya. Masing-masing individu tentunya memiliki sosok figure  “pahlawan” nya masing-masing. Namun, pertanyaannya adalah “Siapa sosok pahlawan masa kini bagi kami?”. Saat ini kita berada di zaman yang telah merdeka, kita juga sudah keluar dari zaman kegelapan berkat jasa Rasulullah sallallahu ‘alaihiwassalam. Lantas siapa yang pantas dikatakan sebagai pahlawan di era ini?  

Seorang anak mungkin saja masih kukuh menjadikan orang tua mereka sebagai figure pahlawan dalam hidupnya. Ataupun tokoh-tokoh lainnya yang dianggap punya pengaruh untuk hidup mereka. Pahlawan di era ini terasa sangat subjektif. Hampir setiap individu memiliki “pahlawan” nya masing-masing. Namun sadarkah, seidealis-idealisnya kita dalam menentukan figure pahlawan dalam kehidupan, kita memiliki satu pahlawan yang  sama di masa kini.  

 Internet. Sebuah sistem ciptaan manusia yang tanpa sadar telah menjadi pahlawan kita di masa kini. Melepaskan konteks idealis dalam topik “pahlawan” dan menghentikan sejenak pembahasan tentang pahlawan peradaban dunia, Rasulullah sallallahu ‘alaihiwassalam, pahlawan kemerdekaan dan reformasi, “pahlawan” nya anak-anak Indonesia dan dunia. Tidak dipungkiri, meski jarang diucap melalui lisan, bahkan mungkin tidak pernah, sebagian besar dari kita memerlukan jasa dari sebuah sistem yang bernama internet ini. Bayangkan saja, di era perkembangan teknologi super canggih ini yang sebagian besarnya berbasiskan jaringan internet, siapa yang tidak butuh internet?  Hampir semua aktivitas kita saat ini memerlukan internet. Seorang anak yang berjauhan dengan orang tua nya memerlukan akses internet untuk bisa berkomunikasi. Aktivitas belajar kita, aktivitas bisnis, finansial, semua tak lepas dari yang namanya internet. Betapa besar  jasa internet untuk kita? Menjadikan sebuah teknologi canggih bisa berfungsi, sehingga aktivitas kita yang tadi nya sulit menjadi ringan.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) hingga April 2019, dari 264 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 171,17 juta jiwa telah menggunakan jaringan internet. Itu artinya, sekitar 64,8 persen jiwa di Indonesia telah terkoneksi dengan internet. [1] Luar biasa jika membaca hasil hasil survey yang dihasilkan oleh tim Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tersebut. Bisa kita perkirakan bahwa 35,2 persen sisanya adalah kelompok orang tua dan sebagian anak yang belum mengenal internet.

Menguatkan argumentasi bahwa internet merupakan “pahlawan” masa kini dengan seribu tanda jasa nya, tidak dipungkiri bahwa sebagian besar dari kita merasa ada yang kurang tanpa jaringan internet. Bukan masalah kecanduan, tapi memang kita akan merasa sulit untuk menjalani kehidupan masa kini tanpa internet. Kita bisa melakukan survey kepada lingkungan sekitar kita untuk memastikan kebenaran hal ini. Tidak ada orang yang memiliki gadget tanpa kuota internet. Kalaupun ada, mungkin saja kuota nya baru habis dalam waktu dekat dan belum sempat beli. Kemudian, berapa persen kantor-kantor atau rumah-rumah yang tidak memasang akses internet bernama WiFi? Saat ini, WiFi sudah mulai menjamur. Tidak lagi hanya dijumpai di kantor-kantor atau institusi, tapi di rumah-rumah pribadi sudah mulai banyak yang memasangnya.

 Tanpa jaringan internet di masa  kini, akan ada berapa banyak pengusaha-pengusaha yang collapse, baik karena kehilangan client sebab terputusnya jaringan komunikasi ataupun tidak dapat mengupdate kebutuhan konsumen. Tanpa jaringan internet pula, sebuah ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang pesat seperti saat ini. Pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan  menurun, dan Indonesia akan tertinggal jauh dari negara lain. Ini menunjukkan betapa krusial nya internet di era sekarang.  

Muncul pertanyaan lagi, bukankah internet juga memajukan peradaban? Melalui internet kita dapat dengan muda mengenal berbagai tempat di belahan dunia yang tidak mampu kita kunjungi satu-satu. Kita dapat dengan mudah mengembangkan peradaban dengan mengambil ilmu dan pembelajaran dari setiap belahan dunia, tanpa harus bersusah payah dan menghabiskan waktu serta uang banyak untuk mengunjunginya. Lalu, bukankah internet juga memberikan makna kemerdekaan lebih untuk kita? Melalui internet, kita memiliki ruang untuk berpendapat, memenuhi kebutuhan eksistensi kita sebagai manusia, memberikan kita kemerdekaan dalam hal finansial, meningkatkan kemerdekaan kita secara ekonomi.  

Dengan catatan menggunakannya dengan penuh kebijaksanaan. Dalam hal ini kita membahas sisi positif dari sebuah sistem canggih atau yang dapat kita beri julukan sebagai “Pahlawan Seribu Jasa” yaitu internet. Dengan penggunaan yang bijak, internet dapat menjadi sesosok pahlawan untuk kita di masa kini. Namun sebaliknya jika kita tidak mampu bijaksana dalam menggunakannya.  

Setiap orang memiliki hak kebebasan untuk berpendapat. Termasuk berpendapat tentang apa itu pahlawan dan siapa pahlawan. Melalui tulisan ini, saya mencoba untuk realistis dalam mengungkapkan siapa pahlawan kita di masa kini. Meski internet hanya sebuah sistem, namun betapa banyak jasa internet yang membantu kehidupan sehari-hari kita seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Maka menurut saya layak jika kita menjuluki internet sebagai “Pahlawan Seribu Jasa”, jika mengindikatorkan syarat “pahlawan” memiliki jasa untuk kehidupan.  

Di samping internet sebagai “pahlawan”, internet juga dapat menjadi “penjajah” untuk kita. Dengan demikian, melalui tulisan ini saya merekomendasikan kepada seluruh pembaca untuk memaksimal kan penggunaan internet dengan bijak. Sehingga esensi dari “Pahlawan Seribu  Jasa” ini dapat kita rasakan manfaatnya secara maksimal pula untuk kehidupan berkelanjutan.  




_______________________________
[1] Yudha Pratomo. 2019. “APJII: Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Tembus 171 Juta Jiwa” (online), (https://tekno.kompas.com/read/2019/05/16/03260037/apjii-jumlah-penggunainternet-di-indonesia-tembus-171-juta-jiwa, diakses tanggal 8 November 2019). 







JUARA 2 LOMBA ESSAY COMPETITION





Lebih baru Lebih lama