Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi, di kodratkan untuk menjadi pemimpin[1]. Dalam diri seseorang sebenarnya sudah melekat jiwa kepemimpinan, hanya saja bagaimana manusia itu mau atau tidak mengembangkan jiwa tersebut. Manusia diciptakan bersuku-suku dan ber bangsa-bangsa untuk saling mengenal[2]. Maka jangan heren apabila banyak perbedaan, namun jangan jadikan perbedaan menjadi halangan dalam melakukan suatu hal. Justru itulah aset kekayaan, yang jika digunakan dengan tepat akan menjadikan hal yang luar biasa. Dengan demikian, perlulah ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran[3]. Di dalam suatu tatanan masyarakat, perlu adanya pemimpin untuk mengurus suatu sistem yang berada di masyarakat.
Para pemimpin dan pejabat yang sekarang ini memiliki kekuasaan di negara kita, suatu saat juga akan lengser sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang yang jadi pertanyaan sudah siapkah para generasi emas penerus bangsa ini menggantikan kedudukan mereka?
Sebenarnya generasi muda disiapkan bukan hanya untuk menggantikan posisi-posisi terpenting di tatanan suatu negara. Namun bagaimana agar terjadi harmonisasi dalam suatu negara. Apabila antar pemimpin dan yang dipimpin itu sadar akan hak dan kewajiban, tentu akan  menimbulkan perdamaian di muka bumi. Sehingga peran manusia sebagai khalifah yang menjadi amanah bisa terpenuhi.  Disini peran penting generasi muda yaitu mempersiapkan diri dan memantaskan diri untuk menjadi pemimpin, berawal dari diri pribadi masing-masing, kemudian keluarga dan meluas pada lingkungan sekitar.  Bagaimana mau memimpin orang lain, jika diri sendiri tidak bisa mengatur kehidupannya.
Dewasa ini bagaimana keadaan generasi muda, sangat memprihatinkan bukan? Sangat miris jika kita benar-benar memperhatikan arah dan pola pikir mereka. Mereka yang cenderung mementingkan kesenangan pribadi atau yang sering kita sebut hedonis. Cenderung individualis, tidak peka terhadap kondisi sosial di sekitar. Sekarang coba kita lihat, kemana anak muda biasa dijumpai? Kebanyakan di mall, cafe, warnet, pusat perbelanjaan, tempat-tempat nongkrong dan lain sebagainya. Apabila kita mencari di majelis ilmu seperti kajian, seminar, diskusi tentu masih dapat kita menjumpai generasi muda bukan? Walaupun hanya segelintir yang dapat kita hitung dengan jari. Itulang orang-orang yang telah terpilih oleh Allah untuk mengemban amanah di muka bumi. Apakah kita termasuk orang-orang terpilihnya?
Setelah kita menelaah kondisi anak muda sekarang, mari kita mencoba menganalisis bagaimana kondisi kepemimpinan di sekitar kita khusunya pada kalangan mahasiswa utamanya.
Mahasiswa masih banyak yang belum bisa beranjak tingkat atau pola berfikir, masih sama seperti layaknya pelajar sma. Mengedepankan ego pribadi, tanpa mau melihat bagaimana keadaan di sekitar. Apabila kita masih duduk di bangku SMA kita masih terikat oleh suatu sistem, kita hanya mengikuti suatu kebijakan yang sudah ditetapkan. Padahal di tingkat universitas, kita sudah berlabel “MAHASISWA” yang memiliki tugas yang lebih besar yakni sebagai agen of change, agen of control dalam sebuah sistem kehidupan.  Mahasiswa dipercaya oleh masyarakat sebagai pembaharu dalam ber-Fastabiqul Khairat, misal dalam pola fikir, tata kelola pendidikan, kebijakan, akhlak dan lain sebagainya. Tentu disini, kita juga menjadi penyambung lidah masyarakat terhadap pemerintah dalam hal perbaikan suatu kebijakan pemerintah.
Faktor lain yang membuat kalangan mahasiswa menjadi kurang peduli terhadap lingkungan sekitar yaitu mereka beranggapan mereka tidak butuh orang lain dalam hidup. Lebih lagi apabila secara materiil berada di kalangan menengah atas. Semua yang di inginkan bisa terpenuhi dengan uang. Inilah salah satu fenomena yang melalaikan para generasi muda dalam proses pencarian jati diri.
Lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk jiwa dan karakter generasi muda yang mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup. Jika kita berada di lingkungan yang baik, kita juga akan baik. Begitu sebaliknya, apabila kita berada pada lingkungan yang buruk lambat laun kita juga akan terpengaruh untuk berbuat buruk. Hanya terkecuali untuk orang orang yang sudah memiliki karakter atau pondasi yang cukup, sehingga jika diletakkan dimanapun dia akan tetap menjadi dirinya sendiri dan bisa memberikan virus kebaikan kepada orang-orang disekitar dengan metode dan caranya sendiri. Namun sudahkah kita menjadi pribadi yang teguh pada pendirian kita? Sudahkah bekal ilmu dan pengetahuan kita cukup? Sudahkan iman dan amal kita mampu menjadi benteng pertahanan kepribidan yang unggul?
Lalu sekarang kita menelaah mengenai kepemimpinan itu sendiri. Apabila kita berbicara mengenai kepemimpinan, pasti tidak akan lepas dari organisasi. Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat dekat.
Dalam mengenal kepimimpinan, tentu harus ada suatu wadah untuk mengembangkan potensi dalam setiap diri manusia. Itulah yang mendorong lahirnya organisasi dalam masyarakat. Di organisasi inilah lahir embrio kepemimpinan dari diri seseorang. Banyak hal yang akan di dapatkan yang bahkan dalam metode pelajaran di sekolah maupun bangku kuliah tidak di dapatkan. Ilmu dan pengetahuan mengenai kepemimpinan, kepribadian seseorang, publict speaking, mengenal karakter orang, manajemen konflik, dan masih banyak lagi. Tentu orang-orang yang telah berkecimpung di dunia organisasi kebanyakan soft skill mereka sudah terbentuk. Pada hakikatnya, nanti kita akan terjun langsung bersama masyarakat. Mereka yang telah mengenal organisasi, tentu biasanya jiwa kepemimpinan lebih dominan dari orang lain.
Kepribadian yang unggul memang tidak hanya terdapat pada orang-orang yang ada di dalam organisasi, namun jika dunia mencari orang yang memiliki pribadi yang unggul tentu tolak ukur pertama berada di organisasi. Tujuan akhir dalam kepemimpinan sesungguhnya bukan terletak pada jabatan, namun bagaimana ilmu yang telah diterima menjadi kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus dan dapat ditularakan kepada orang lain.
Apabila kita merindukan tokok Sang Tauladan dalam kepemimpinan, kita coba melihat bagaimana Rasullullah kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang berjuang dalam menyebarkan Islam dengan segala metode. Penuh dengan halangan dan rintangan. Dibantu oleh sahabat sahabat nabi seperti Abu bakar, Ali, Utsman bin Affan dan masih banyak lagi dengan keahlian di masing-masing bidanglah yang membuat Islam semakin meluas penyebarannya. Dengan demikian, kita dapat memetik hikmah apabila dalam melakukan pembaharuan sendiri itu dapat diterima di masyarakat. Namun jika pembaharuan dilakukan secara berkelompok itu akan lebih meluas penyebarannya. Ibarat lidi jika sendiri, kurang terlihat hasilnya. Tetapi jika lidi-lidi itu dikumpulkan menjadi satu dalam satu ikatan maka hasilnya akan maksimal. Pelajaran yang dapat kita jadikan panutan dan yang terpenting adalah niat lillahi ta’ala.
Lalu bagaimana dengan nasib bangsa ini? Apakah kita sebagai generasi muda masih menelantarkan peradaban zaman? Tantangan zaman semakin lama, semakin besar. Apabila kita sebagai generasi muda tidak cakap dalam menghadapi tantangan zaman, kita termasuk orang-orang yang rugi. Maka hidup-hidupilah organisasi di lingkungan sekitar. Tentu banyak organisasi yang dapat diikuti, bisa karang taruna, remaja masjid, dan apabila berada di lingkungan universitas ada IMM, HMJ, BEM dan lain sebagainya. Carilah apa yang ingin dicari, dan mengabdi lah apa yang kamu mampu. Organisasi siap menerima dari berbagai latar belakang. Tidak ada kata terlambat untuk mengenal organisasi, karena semakin dini kamu sadar akan pentingnya organisasi. Di situlah bibit unggul  generasi muda berkarakter muncul.
Indonesia merintih, merindukan tunas-tunas harapan bangsa yang unggul dan siap menjadi penerus perjuangan para pahlawan terdahulu. Indonesia tanah air, tumpah darah dan sumber kehidupan masyarakat. Dimana kita sebagai generasi muda berpijak, haruslah menjadi tauladan. Kita adalah mutiara yang disiapkan sebagai penegak dan penerus perjuangan untuk ribuan warga yang tak berdaya.
“Jangan menunggu untuk menjadi pribadi yang lebih baik, tapi lakukan apa yang menurutmu baik. Tolak ukur baik dan buruk tiap orang berbeda, namun ada pedoman dalam penilaian. Jangan hiraukan usikan orang tentang dirimu, karena proses itu membutuhkan waktu. Menjadi pemimpin itu layaknya selebritis yang baikpun masih jadi perbincangan oranglain. Lebih lagi jika melakukan kesalahan. Namun percayalah, seorang yang mampu dalam menghadapi tantangan zaman itulah Pemimpin yang sebenarnya”.






[1] Qs. Al- Baqarah 30
[2] Qs. Al-Hujurat 49
[3] Qs. Ali Imron 104









Penulis :

IMMawati Fika Annisa’ Sholihah
( Anggota Bidang Kader PK IMM AVERROES FAKULTAS TEKNIK UMS Periode 2019/2020 )