Mahasiswa Kok Ikut-ikutan

 Oleh : IMMawan David Aprilianto

Photo dibawah adalah screenshot dari sebuah video singkat yang beredar di jagat maya, yang di upload pertama kali oleh akun instagram @solotrust_official, diketahui video tersebut diambil dari aksi yang dilakukan sekelompok mahasiswa yang dilancarkan di sekitar bundaran gladak beberapa waktu lalu. Di dalam video tersebut salah satu mahasiswa yang melakukan aksi di wawancarai mengenai jalannya aksi, mahasiswa tersebut ditanya mengenai tuntutan lain selain harga minyak, tak disangka mahasiswa tersebut menjawab : “untuk tuntutan lain tidak ada mba, soalnya saya cuman ngikutin teman-teman gitu”.


Selain pertanyaan adakah tuntutan lain, pertanyaan berikutnya datang dari seorang laki-laki yang saya duga adalah salah satu tim dari yang mengambil video, seorang laki-laki tersebut bertanya, pesan untuk pemerintah apa ?. Dan lagi seorang mahasiswa tersebut kembali menjawab dengan jawaban yang tidak konteks dengan tujuan dari aksi tersbut, ia menjawab : “Untuk pemerintah semangat gitu aja mas”. Dilihat dari jawaban-jawaban tersebut bisa dikatakan bahwa seorang mahasiswa tersebut tidak tahu mengenai apa tuntutan yang dibawa dalam aksi, dan mungkin saja juga tidak tahu kepada siapa tuntutan tersebut ditujukan.

Sontak hal tersebut menjadi pertanyaan bagi yang menontonnya, bagaimana bisa seorang mahasiswa memutuskan mengikuti aksi tanpa mengetahui apa yang diperjuangkan dalam aksi tersebut, hal inipun membuat kita bertanya-tanya, apa sebegitu lunturnyakah budaya literasi yang ada di dalam tubuh mahasiswa, bagaimana bisa melakukan aksi tanpa mengetahui problem yang sedang terjadi, apakah sebelum memutuskan untuk aksi turun ke jalan tidak ada diskusi yang dilakukan, apakah tidak ada kajian yang pernah diikuti sebelumnya, sehingga bisa tahu apa saja dampak buruk dari suatu permasalahan yang ada dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat luas, lalu tuntutan apa yang akan disuarakan

Mengenai hal mendasar yang seharusnya diketahui seorang mahasiswa yang melakukan aksi tetapi justru tidak diketahui dan terkesan hanya ikut-ikutan saja dalam mengikuti aksi tersebut sontak mengingatkan saya terhadap persoalan mendasar yang lain, yang ternyata juga tidak diketahui oleh kebanyakan mahasiswa, pada waktu pertama kali saya masuk ke kampus dan mengikuti penyambutan mahasiswa baru yang dilakukan oleh universitas, seorang Dosen bertanya kepada semua mahasiswa yang berada dalam ruangan, beliau bertanya: apa perbedaan sekolah vokasi, sekolah tinggi, institut dan universitas?, tidak disangka dalam satu ruangan tersebut ternyata tidak ada yang bisa menjawab dengan benar.

Melihat permasalahan mendasar seperti apa perbedaan Sekolah vokasi, sekolah tinggi & universitas yang juga tidak diketahui oleh kebanyakan mahasiswa menimbulkan pertanyaan berikutnya, lantas kalau tidak tahu apa itu universitas dan apa yang ingin dipelajari di universitas kenapa memutuskan untuk menjadi mahasiswa dan masuk ke universitas?. Apakah kebanyakan mahasiswa juga bakal menjawab dengan jawaban yang sama dengan salah satu orang yang ditanyai mengenai aksi diatas yaitu dengan menjawab tidak tahu, dan hanya ikut-ikutan temannya saja yang juga melanjutkan belajar ke Universitas.

Disini patut dicurigai bahwa apakah mayoritas mahasiwa sekarang tidak mengerti apa itu Mahasiswa dan bagaimana menjadi mahasiswa itu seharusnya?. Menjadi Mahasiswa bukanlah hanya menjadi seorang pelajar yang berpindah tempat dari SMA/SMK ke Universitas saja, tetapi menjadi mahasiswa adalah menjadi seseorang yang akan mengemban tanggung jawab yang lebih besar daripada pelajar yang berada di jenjang pendidikan dibawahnya, Menurut Suwono (1978) Knopfemarcher mendefinisikan arti mahasiswa sebagai individu calon sarjana di salah satu Perguruan Tinggi (PT). Tidak hanya mengampu dan mengemban sebagai sarjana, tetapi juga diharapkan mampu menjadi calon intelektual. Karena lulusan sarjana bagaimanapun juga harus lebih maju dibandingkan lulusan dibawahnya.

Menurut Suwono Mahasiswa adalah seorang calon intelektual, lalu Siapa itu seorang Intelektual?, Menurut Ali Syari’ati seorang intelektual adalah ia  yang bukan hanya sarjana, yang hanya menunjukkan sekelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana. Mereka juga bukan sekadar ilmuwan yang mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian, tetapi mereka adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, menawarkan strategi dan alternative pemecahan masalah. (Ali Syari’ati, Ideologi kaum intelektual: Suatu wawasan Islam. 1984: 15 Mizan).

Dari sini bisa kita katakan bahwasannya menjadi mahasiswa bukanlah suatu tugas yang mudah, mahasiswa adalah ia yang nantinya diharapkan mampu menorehkan tinta perubahan pada bangsa agar memiliki nilai yang luhur, tentu menjadi seorang agen perubahan bukanlah perkara yang mudah dan sudah tidak waktunya jika menjadi mahasiswa yang hanya ikut-ikutan saja. 

 

 

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
🔎  Join with our Social Media
📸 Instagram : @immaverroes
🎥 Youtube : IMM Averroes
🕊 Twitter : @immavrroes
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖