PEREMPUAN BEDA ZAMAN

Oleh :
Nabila Asma Darojah
(Ketua bidang IMMawati PK IMM Averroes FT UMS 2020/2021)

Perempuan seringkali dikaitkan dengan sifatnya yang lemah lembut, mempunyai jiwa kasih sayang dan perhatiannya yang lebih. Berbeda dengan laki-laki yang dipandang kuat, perkasa dan bisa dihandalkan. Bukan berarti perempuan berjiwa lemah yang tak mampu melakukan banyak hal. Justru dalam kehidupan hampir semua peran dapat dilakukan oleh perempuan. Bukan berarti juga laki-laki identik dengan sifat keras yang tak punya belas kasih. Perbedaan karakter tersebut memanglah ada dan sejatinya setiap manusia memiliki karakter tersebut dengan cara masimg-masing mereka menunjukkannya. Perbedaan itulah yang kemuadian muncul sebuah istilah gender. Gender adalah perbedaan peran atau perilaku oleh persepsi masyarakat. Karena gender merupakan konstruksi masyarakat, bisa suatu hari nanti berubah. Yang akrab pada masyarakat adalah “ ayah bekerja dan ibu mengurusi rumah”. namun yang terjadi sekarang mulai bergeser, “ayah bekerja dan ibu mengurusi rumah sambil bekerja”.

Dahulu ruang lingkup perempuan sangatlah sempit, hanya sebatas dapur, kasur dan sumur. Artinya perempuan hanya mengerjakan kewajiban rumah tangga. Perempuan tidak diperkenankan untuk mengenyam pendidikan layaknya laki-laki, juga dianggap tidak cakap jika terjun ke lapangan. Hal itu mengakibatkan sebagian besar perempuan buta pendidikan karena kebijakan penjajah yang membatasi pendidikan untuk perempuan. memuncullah stigma masyarakat yang tak mempermasalahkan jika perempuan tidak pintar, toh mereka juga hanya mengurusi pekerjaan rumah dan tidak dituntut untuk bekerja. Kaum perempuan Indonesia juga tidak memiliki kebebasan untuk mementukan masa depannya sendiri. Ketidakadilan yang dirasakan terhadap perlakuan antara perempuan dan laki-laki yang membedakan geraknya dilihat oleh sekelompok kecil perempuan pada masa itu. Seperti R.A. kartini, Cut Nyak Dien, Dewi sartika yang merupakan pahlawan nasional dengan perjuangannya yang sangat berharga. Keresahan terhadap banyaknya perempuan yang tertinggal dalam pendidikan membuat miris hati sang pejuang. Tergeraklah membuat wadah bagi perempuan untuk mendidik perempuan yang terampil dan mandiri.

Pada zaman sekarang di abad 20, perkembngan perempuan terhadap pendidikan semakin maju dan meningkat. Dapat dilihat dari peran perempuan yang berhasil menduduki dunia ekonomi, politik, hukum dan berkontribusi di masyarakat. Perempuan mendapat kesempatan serta hak-haknya sebaga manusia. Kedudukan perempuan kini setara dengan laki-laki. Tidak jarang pula perempuan menempati posisi yang lebih tinggi. Bahkan banyak muncul pergerakan yang dinilai memiliki pengaruh yang besar dan sangat signifikan. Namun seolah-olah perempuan sekarang terlihat berbeda dibandingkan dengan zaman dahulu. Yangmana semangat menggelora dari pahlawan kita tidak terwariskan dan hilang dalam sekejap.

Banyak yang berpendapat bahwa perempuan sekarang berbeda dengan perempuan zaman dahulu. Mulai dari kegigihannya, watak, tidak lagi memiliki jiwa sang pahlawan ataupun yang lain. Melihat perempuan sekarang sudah nyaman dengan segala fasilitas yang ada. Lalu, apakah benar berbeda antara peremuan zaman dahulu dengan zaman sekarang?

Jawaban saya adalah TIDAK! Perempuan tetaplah perempuan dengan kodrat yang tak pernah berubah dari zaman ke zaman. Tidak ada perbedaan perempuan dahulu dengan sekarang. Hanya saja tantangannya yang berbeda. Tantangan yang menerpa pada diri seseorang akan memberikan kepribadian pada orang tersebut. Beban yang mereka terima berbeda dalam banyak aspek dan kategori. Jika pada zaman dahulu perjuangan mereka karena adanya penindasan dari penjajah, terlihat dan dapat dirasakan. Maka di zaman sekarang juga ada lawan yang disebut penjajah namun tak nampak. Sekarang yang harus kita perangi bukanlah secara fisik, namun menggunakan akal dan pikiran. Apalagi jika perepuam harus menjalankan beban ganda yang selalu dituntut harus produktif tanpa meninggalkan kodratnya sebagai perempuan.

Teknologi yang semakin berkembang dengan begitu pesat mengharuskan kita bisa mengikutinya. Orang yang gagap teknologi memandang menggunakan teknologi itu ribet. Harus melakukan ini dan itu. Tidak praktis. Padahal jika sudah menggunakan merasakan kebalikan dari apa yang dipikirkannya. Hanya dengan diam di rumah bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Perjuangan perempuan sekarang tidak bisa disamakan dengan cara yang dahulu, namun tidak juga meninggalkan secara keseluruhan, tetap menjadikan itu sebagai acuan. Metode yang digunakan akan berbeda dengan mengikuti zaman.

Salah satu kutipan dari R.A Kartini “gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.” Perempuan yang sudah menggeluti pendidikan timggi, menempuh penjuru negri, ia tak akan sama lagi. Akan terus berkembang dengan pemikiran dan pengalaman yang telah ia lewati. Tidak akan sanggup dengan kehidupan kolot yang terlalu diagungkan oleh nenek moyang. Mengetahui apa yang baik untuk dirinya dimasa depannya, mempunyai prinsip dan punya cara sendiri untuk mewujudkan mimpinya. Seseorang tidak bisa melihat masa depan, tak bisa pula kembali ke masa lalunya, namun dapat mengingat yang lampau. Tidak ada penyesalan di akhir, karena setiap kesalahan menjadi pembelajaran. Kita di detik ini adalah pilihan dari masa lalu. Dan pilihan sekarang yang akan menentukan masa depan kita.

Zaman boleh berubah, namun ada jiwa yang tak boleh berubah. Berjuang dengan cara berbeda tak salah. Dunia ini tidak menawarkah hidup yang mudah. Namun memberikan pilihan banyak arah. Hari kemarin sudah berlalu, meninggalkan nama dan kisah. Hari sekarang yang sedang dijalani dengan gairah. Dan hari esok yang belum tentu ada menyapa dari jauh. Semangat jangan patah. Raga jangan goyah. Hingga jasad ini kembali ke tanah. Adakalanya rasa lelah dan bosan. Menyerah bukanlah suatu pilihan. Putus asa mengibaratkan kegagalan. Lakukan dengan ikhlas semua pekerjaan. Lika-liku ini adalah sebuah tantangan. Dan engkau akan mengingatnya dengan senyuman.