Psychosocial bukan hanya lagu…..


Siapa sih yang tidak kenal dengan Slipknot? Pastinya bagi penikmat musik-musik rock,metal,dan musik cadas lainnya sudah tidak asing lagi dengan band yang satu ini.Band yang berasal dari Des Moines,Lowa ini beraliran Nu metal bukan New normal lo ya,dengan beranggota 9 orang  memakai topeng yang menjadi ciri khas mereka disetiap penampilannya.
Sudah rahasia umum bila band-band metal kerap membuat lagu yang berisi kecemasan,kebencian, kritik sosial,dan anti pemerintah.Begitu pula dengan Slipknot,lewat lagunya yang berjudul “Psychosocial” yang menginterpretasikan kebenciaan kepada masyarakat modern yang berperilaku buruk dan moral yang rusak.Namun disini saya tidak akan membahas terlalu jauh tentang lagu ini ,yang perlu digaris bawahi yaitu judul lagunya “Psychosocial” atau dalam bahasa indonesia Psikososial.
Psikososial adalah hubungan antara kesehatan mental dan emosional seseorang dengan kondisi sosialnya.Istilah Psikososial muncul dari dua kata yaitu psikologis dan sosial.Teori Psikososial ini dikembangkan oleh seorang psikolog Frankurt,Jerman yaitu Erik Erikson.Perkembangan Psikososial menurut Erikson didasarkan atas prinsip Epigenetik yakni bahwa perkembangan manusia itu terbagi atas beberapa tahapan dan setiap tahap mempunyai masa optimal atau masa kritis yang harus dikembangkan dan diselesaikan.
Pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, Psikososial sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.Dari anak-anak hingga lansia bahkan penyandang disabilitas.Pengaruh negatif yang menyerang Psikososial yang mulai terlihat yakni stress,kecemasan yang berlebihan dan munculnya ketidakpercayaaan terhadap orang lain.Hal inilah terkesan diabaikan oleh pemerintah indonesia ,yang terlihat hanya pendampingan psikologis bagi pasien positif COVID-19 namun bagi masyarakat umum tidak ada pencerdasan.Akibatnya muncul statment negatif masyarakat berupa berita hoax dari grup whatsapp atau pun pandangan yang mengatakan bahwa covid-19 ini sebuah konspirasi untuk menyudutkan umat islam.
Kecurigaan itu timbul karena psikologis masyarakat tertekan ,yang biasanya bisa nongkrong sekarang tidak bisa ,yang bersin dicurigai positif covid-19.Bahkan di tetangga saya karena kecemasan yang berlebihan ,seorang yang sesak napas karena serangan jantung saat di pasar tidak tertolong karena takut tertular virus covid-19 ,sikap reaktif seperti inilah yang menyebabkan stress dan akhirnya menurunkan imun tubuh.
Bagaimana mencegah agar keluarga kita tidak reaktif terhadap berita berita yang beredar dan agar psikososial kita tidak terganggu? Dikutip dari jurnal pedoman dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pandemi COVID-19 milik Kementerian Kesehatan RI ,yakni dengan cara melakukan kegiatan keluarga yang konstruktif akan menguatkan ikatan emosional dan keluarga semakin harmonis.Keluarga dapat merencanakan kegiatan 5B: belajar,beribadah,bermain,bercakap-cakap,dan berkreasi bersama.Dan jangan dilupakan mulai bersikap Responsif ,dengan bersikap tenang,terukur,mencari tahu apa yang harus dilakukan saat ada berita yang kurang jelas kebenarannya dan memberikan respon yang tepat dan wajar pada pasien positif covid-19.
Jangan sampai pengaruh Psikososial saat pandemi seperti ini membuatkan kita menjadi orang yang tak bermoral dan bertindak negatif seperti yang tersirat dalam lagu Psychosocial diawal tadi.
Stay safe
Stay at home
Wassalamualikum warohmatullahi wabarokatuh




Penulis ;
IMMawan Boy Yuliana Revandi
(Ketua Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat PK IMM Averroes FT UMS 2019/2020)