Sekilas Tentang Biografi Dan Karya Fundamental Averroes /Ibnu Rusyd


Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi)


Hasil gambar untuk ibnu rusydi
Image Source : ProfilBos.com


SURAKARTA, IMMAVERROES.BLOGSPOT.COM Averroes : Agama, Filsafat dan prinsip pengetahuan Averroes Komentator Aristoteles Dalam filsafat Islam sering kita mengenal Averroes dengan perdebatannya dengan Al Ghazali. Kitab Tahafut Al-falasifah karya Ghazali yang berisi tentang kerancuankerancuan filsafat yang saat itu sempat menjadi kajian dari tokoh-tokoh islam. Averroes membaca itu dan memberikan tanggapan dalam Tahafut Al-Tahafut untuk menjawab kerancuan-kerancuan tersebut, sehingga filsafat tidak lagi bertentangan dengan agama Islam. Itulah yang kita kenal jika kita mulai belajar tentang filsafat islam. Tapi bagi barat, Averroes adalah inspirator renaisans yang mengajarkan para filsuf barat menggunakan secara lebih daya akal dan nalar untuk keluar dari kejumudan “gereja”. Filsafat kausalitas ala aristoteles yang kemudian dikembangkan oleh averroes adalah yang menarik, selain prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. Pokok-pokok pemikiran aristoteles banyak dikomentari oleh Averroes, sehingga beliau dikenal sebagai "che'l gran comento" (the great commentator) oleh Dante. Pemikiran tentang prima causa misalnya adalah bagian dari materi dan forma nya Aristoteles yang kemudian diadaptasi menjadi penggerak utama (al-Muharrik al-Awwal (Tuhan)). Mungkin itulah yang diadaptasi Averroes dari aristoteles untuk menunjukkan pemikiran filsafat islam beliau bahwa causa prima adalah Tuhan.

Pada 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah komentar terhadap karya-karya
Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus
Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick.
Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd itu seolah menghadirkan kembali
pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di sinilah terlihat kemampuan Ibnu Rusyd yang
luar biasa dalam melakukan sebuah pengamatan.
Di kemudian hari, komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh terhadap
pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah yang kemudian
membuka jalan bagi Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan
Aristoteles dan filsafat Yunani1
(diakses pada 25-12-2016 jam 22.00) Dari metode-metode tersebut maka pengetahuan yang didapat tidak lagi bertentangan dengan Quran. Filsafat adalah menggunakan logika untuk mencari kebenaran dan ukuran kebenaran menurut Rusyd adalah akal yang dihiasi oleh nilai-nilai agama. Sumber Bacaan

page=2 (diakses pada tanggal 25-12-2016 jam 20.00) Averroes atau Ibnu Rusyd murid dari ibnu bajjah dan ibnu thufail. Dan masih banyak lagi guru beliau untuk bidang ilmu yang berbeda, mulai dari hadits, kedokteran, astronomi dan juga fiqih. Muhammad ibnu Ahmad bin Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd atau Abu Al-Walid atau Averroes lahir di Cordova, 1126M (520 H) Ia berasal dari keluarga ilmuan. Apakah Averroes sekedar komentator? Beliau adalah pemikir orisinal yang produktif menulis banyak buku, sekira 78 buku dengan berbagai topik seperti filsafat 39 judul, 5 judul tentang kalam, 8 judul tentang fiqih, ilmu kedokteran 20 judul, ilmu falak, matematika dan astronomi 4 judul, tentang nahwu dan sastra 2 judul.2 Buku tentang kedokteran Kulliyat Fi Thib (Colliget) pernah menjadi rujukan mahasiswa kedokteran di eropa. Harmoni Agama dan Filsafat Penerimaan Islam atas filsafat sangatlah beragam, pengaruh politik dan fiqh “aliran” sering menjadi awal perseteruan. Otoritas penafsiran atas ayat dan hukum menjadi domain para penguasa dan ulama tertentu sehingga tafsir harus tunggal dan menurut pada penguasa saat itu. Pertentangan inilah yang menjauhkan islam dari peradaban maju yang dicita-citakan. Pusat peradaban islam berpindah-pindah tempat seusai dengan penguasa yang memegang tampuk pemerintahan. Demikian juga dengan para ilmuwan, filosof dan ahli hukum islam hanya berkutat pada perpustakaan dan laboratorium masing-masing. Ketika para ilmuwan mulai menafsirkan sendiri tanpa otoritas penguasa, maka muncullah pertikaian dan ketidakpercayaan pada ilmuwan tersebut. Dan pada akhirnya muncullah Al Ghazali dengan Tahafut Al-Falasifah yang mengemukakan kerancuan-kerancuan filsafat. Dan dari sanalah akhirnya filsafat menjadi jauh dari tradisi islam. Agama dan filsafat menjadi tidak menyatu, karena seolah filsafat adalah pencarian kebenaran yang bertentangan dengan agama. Campur tangan fikiran untuk menafsirkan panduan agama diharamkan, agama sudah final. Menurut Averroes ini adalah salah tafsir filsafat yang mencampurkan filsafat yunani dengan kerancuan pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh saat itu. Averroes mencoba membersihkan
filsafat yunani tersebut ke pokok pikiran utamanya yang bebas campuran para tokoh tersebut. Filsafat adalah cara untuk mencari kebenaran dan yang akhirnya akan menuntun untuk bertindak yang benar, sama seperti agama yang menjadi panduan kebenaran tersebut, demikianlah yang menjadi kesimpulan dari Averroes. Sehingga beliau mencari titik temu harmonisasi antara agama dan filsafat. Prinsip filsafat yaitu menggunakan akal banyak dianjurkan dalam Quran. Sehingga filsafat tidak bertentangan dengan agama, karena panduan agama menganjurkan penggunaan akal. Transendensi sebagai filosof muslim yang berpegang pada Quran inilah yang membedakan filsafat beliau berbeda dengan Aristoteles utamanya dalam menerangkan Prima Causa. Buku beliau Tahafut Al-Tahafut adalah untuk meluruskan tentang filsafat dan menjawab Tahafut Al-falasifah. Sehingga tuduhan kafir bagi para penganjur filsafat tidak membuat jumud islam tetapi menemukan jalan keluarnya. Dan prinsip-prinsip pemahaman Quran sebagai rujukan dengan Takwil (interpretasi) berlaku untuk ayatayat yang butuh interpretasi bukan untuk ayat-ayat yang mengandung hukum yang sudah pasti. Prinsip Pengetahuan Dalam mencari kebenaran dan pengetahuan tiap-tiap orang berbeda kemampuannya. Inilah yang menjadi fitrah sehingga Averroes memilahnya menjadi 3 (tiga) cara memperoleh pengetahuan yaitu : (a) Lewat metode al- Khatabiyyah (Retorika) (b) lewat metode al-Jadaliyyah (dialektika) (c) Lewat metode al-Burhaniyyah (demonstratif)3 Retorika adalah kemampuan kebanyakan orang yang memang tidak termasuk ahli takwil. Metode dialektika untuk mereka yang secara alami ataupun tradisi mampu berdialektika. Dan Demonstratif adalah yang dilakukan para ahli takwil, mereka secara tradisi mampu karena latihan yaitu latihan filsafat. Pada metode inilah tradisi interpretasi yang kuat dan juga kemampuan berfilsafat menjadi penting, karena metode ini mengikuti tahapan-tahapan filsafat.

1 http://aceh.tribunnews.com/2015/02/06/ibnu-rusyd-si-jenius-dari-andalusia?
2 http://al-badar.net/biografi-dan-karya-ibnu-rusyd/ (diakses pada 22-12-2016 jam 21.00)
3 https://syafieh.blogspot.com/2013/05/pemikiran-filsafat-islam-ibnu-rusyd.html

http://aceh.tribunnews.com/2015/02/06/ibnu-rusyd-si-jenius-dari-andalusia
http://al-badar.net/biografi-dan-karya-ibnu-rusyd/
http://mynameiscasilda.blogspot.co.id/2012/12/mengenal-lebih-dalam-ibnu-rusyddan.html
http://www.encyclopedia.com/people/philosophy-and-religion/philosophybiographies/averroes
http://www.iep.utm.edu/ibnrushd/
http://www.network-averroes.com/averroes-background/
http://www.philosophybasics.com/philosophers_averroes.html
https://blogpenemu.blogspot.co.id/2014/11/biografi-ibnu-rusyd-averroes-pendiripemikiran-merdeka.html
https://supermakalah.wordpress.com/pemikiran-filsafat-ibnu-rusd/
https://syafieh.blogspot.com/2013/05/pemikiran-filsafat-islam-ibnu-rusyd.html
https://www.britannica.com/biography/Averroes
https://www.britannica.com/topic/double-truth-theory#ref1075191
https://www.britannica.com/topic/Islam/Islamic-thought#ref299055
 
 
Lebih baru Lebih lama